Kilas Balik Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia “Pesan Gubernur DIY untuk Kita”
Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia setiap tahunnya. Pada peringatan kali ini, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM bekerja sama dengan Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI), Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) wilayah DIY, Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI), Kolegium Psikologi Klinis, Departemen Kedokteran Jiwa Universitas Gadjah Mada, dan RSJ Grhasia menyelenggarakan serangkaian kegiatan #SehatJiwaFest dan Seminar Nasional yang bertajuk “Sehat Mental di Era Digital”. Kegiatan diselenggarakan pada hari Kamis, 09 Oktober 2025 secara hybrid di Ruang Auditorium dan via zoom meeting.

Pada kesempatan kali ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Gubernur DIY yang diwakilkan oleh dr. Akhmad Akhadi, MPH selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan DIY menyampaikan pesan dalam sambutannya, tentang era digitalisasi yang penuh peluang sekaligus menghadirkan berbagai tantangan. Perkembangan teknologi yang masif semakin mendukung akselerasi dan transformasi akses layanan profesional. Dalam konteks kesehatan jiwa, teknologi memungkinkan inovasi skrining dan terapi yang dapat difasilitasi secara online dengan memanfaatkan media sosial dan AI. Berbeda dengan tenaga manusia yang terbatas, pemanfaatan AI membuat informasi dan sistem pemantauan kesehatan jiwa diperoleh secara real-time sehingga lebih terintegrasi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Namun disamping itu, maraknya fenomena sosial yang memicu peningkatan kecemasan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya turut menjadi tantangan yang perlu dihadapi, terutama pada generasi muda. Gubernur DIY menekankan bahwa generasi muda kita merupakan target potensial terhadap fenomena cyberbullying, impulsive buying, perilaku hedon, hingga adiksi media sosial yang tidak terbendung. Hal ini turut menjadi penyebab redupnya empati dan tingginya kesenjangan sosial di masyarakat kita. Untuk itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan langkah strategis yang harus diambil dengan mengintegrasikan praktik digital dengan konteks sosial budaya.
Tak lepas dari nilai budaya yang dianutnya, Gubernur DIY mengaitkan budaya jawa yang dapat diterapkan pada era saat ini, seperti Tepa selira yang mengajarkan rasa saling memahami dan menghormati perasaan orang laini. Konsep Nrimo in pandum yang mengajarkan keikhlasan, serta rasa Rumangsa yang menekankan kepekaan dalam hubungan sosial yang dapat menumbuhkan empati.
Di akhir sesi, Gubernur DIY yang diwakili oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan DIY menyambut baik seminar nasional ini dengan harapan dapat memunculkan solusi-solusi baru yang lebih implementatif pada masyarakat modern.
Penulis: Firda Alya (PKMK FK-KMK UGM)