Press ESC to close

Tradisi Slametan: Solusi Penyembuhan Jiwa Berbasis Kearifan Lokal

Disadur dari artikel “Amamangun Karyenak Tyasing Sasama: Fungsi Slametan Dalam Mendukung Kesehatan Mental Komunitas Melalui Perspektif Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial pada Masyarakat Jawa”

Syukuran atau yang biasa disebut sebagai Slametan, merupakan upacara kebudayaan yang menyimbolkan ungkapan rasa syukur, memohon keselamatan atas peristiwa penting, dan keberkahan dalam menjalani kehidupan. Pada masyarakat Jawa, slametan mengandung nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya yang menjadi esensi kehidupan mereka. Slametan sangat melekat pada masyarakat Jawa karena di dalamnya melibatkan kebersamaan, gotong royong, kerukunan, dan rasa saling memiliki (sense of belonging). Mereka juga menyakini bahwa slametan dapat membentuk hubungan yang harmonis antara sesama manusia, Tuhan, dan lingkungan, yang selanjutnya memberikan perasaan damai secara emosional dan psikososial.

Dari persepektif kesehatan dan psikologis, slametan menyimpan makna filosofis yang mendalam terhadap kesehatan mental komunitas. Aktivitas slametan seperti persiapan acara, doa bersama, hingga makan bersama, dipercaya sebagai upaya strategis untuk memperkuat ikatan sosial antarindividu. Keterikatan sosial yang erat ini menciptakan dukungan emosional yang mampu membantu masyarakat dalam menghadapi stres, depresi, kecemasan, dan tantangan psikologis lainnya. Disamping itu, keterlibatan aktif yang terjalin pada setiap individu, mampu menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk saling bertukar energi, sehingga kecenderungan isolasi sosial dapat diminimalkan. Dalam konteks ini, slametan berperan sebagai sarana kolektif untuk meningkatkan rasa memiliki, solidaritas, serta ketahanan mental komunitas.

Sejalan dengan teori kesehatan mental komunitas, bahwa komunitas memungkinkan individu untuk merasakan identitas kolektif sehingga mereka dapat memaknai hidup lebih luas lagi. Interaksi yang terjadi secara sosial dan emosional membentuk keadaan mental yang stabil, perasaan ini penting untuk dimiliki setiap individu agar tidak merasa sendirian.

Secara keseluruhan, slametan membuktikan bahwa kearifan lokal dapat menjadi strategi penting dalam mendukung kesejahteraan psikologis. Tradisi ini bukan hanya warisan budaya, melainkan juga mekanisme koping kolektif yang mampu memperkuat resiliensi masyarakat terhadap tekanan hidup. Dengan menjaga dan mengadaptasi slametan sesuai perkembangan zaman, masyarakat Jawa dapat terus merasakan manfaatnya, baik dari sisi spiritual, sosial, maupun kesehatan mental.

Artikel Selengkapnya : https://journal.ugm.ac.id/v3/parikesit/article/view/17424

Penulis: Firda Alya (PKMK UGM)
Editor: dr. Arida Oetami

Referensi:

  1. Adiputro, B., Marchira, C. R., & Waluya, S. D. (2024). Amamangun Karyenak Tyasing Sasama: Fungsi Slametan Dalam Mendukung Kesehatan Mental Komunitas Melalui Perspektif Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial pada Masyarakat Jawa. Jurnal Pengabdian, Riset, Kreativitas, Inovasi, Dan Teknologi Tepat Guna, 2(2), 270-278. https://doi.org/10.22146/parikesit.v2i2.17424
  2. Kusumawati, L. (2021). Adaptation of Javanese slametan in the urbanization era: Maintaining relevance through modernization. Journal of Southeast Asian Cultural Studies, 14(2), 78-93.
  3. Santoso, D., & Hidayat, M. (2023). Rituals, social solidarity, and mental health: The Javanese slametan tradition in modern society. Journal of Cultural Health and Wellbeing, 11(1), 101-119.